Jakarta, CNN Indonesia — Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso mengungkapkan BULOG telah menyerap sekitar 200 ribu ton beras hasil panen petani pada Maret 2021. Serapan hasil panen ini sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak melakukan impor beras sampai Juni 2021.
“Sampai hari ini, BULOG telah serap 200 ribu ton setara beras di wilayah panen. Kami akan terus menyerap dengan rata-rata 10 ribu ton per hari. Berarti tinggal tiga hari di Maret ini, kurang lebih akan bertambah 30 ribu ton lagi,” ujar Buwas, sapaan akrabnya, saat konferensi pers virtual, Senin (29/3).
Menurut hitung-hitungan Buwas, hasil serapan beras panen petani akan membuat stok perusahaan dari sekitar 850 ribu ton menjadi 1 juta ton pada akhir bulan ini dengan turut menghitung konsumsi harian masyarakat. Proyeksinya, stok ini akan bertambah menjadi 1,4 juta ton pada Juni 2021.
Sebab, panen raya petani masih akan berlangsung pada April dan Mei 2021, serta sisa panen pada Juni 2021. Lepas dari Juni, baru penentuan kebijakan lanjutan akan dievaluasi dengan melihat stok.
“Pak Presiden sampaikan BULOG akan serap sampai Juni, kami utamakan produksi petani dan smapai Juni kita evaluasi,” tuturnya.
Di sisi lain, Buwas kembali menegaskan bahwa BULOG tidak pernah akan melakukan impor bila tidak perlu. Terakhir, impor mau tidak mau harus dilakukan pada 2018.
Sebab saat itu ada ketentuan stok cadangan beras pemerintah (CBP) harus sekitar 1 juta sampai 1,5 juta ton. Sementara stok belum mencapai angka tersebut, sehingga dilakukan impor dan hasil impornya masih tersisa sampai tahun ini, namun sudah turun mutu sekitar 106 ribu ton.
Tapi setelah itu, BULOG tidak pernah impor. Buwas mengklaim hal ini karena cadangan beras cukup dari hasil serapan panen petani.
“Selama tiga tahun ini, kita tidak pernah impor dan memang BULOG tidak pernah impor. Kalau ada data BPS ada beras masuk, itu beras khusus untuk hotel dan resto, jadi bukan BULOG yang impor, itu swasta. Sampai hari ini, BULOG belum laksanakan impor lagi,” terangnya.
Lebih lanjut, Buwas memperkirakan jumlah beras yang terserap pada tahun ini akan mencapai 1,4 juta ton. Ia mengatakan jumlahnya lebih tinggi dari realisasi tahun lalu sekitar 800 ribu ton.
“Jadi kalau dari tahun lalu 800 ribu ton, maka stok akhir kami bisa 2,2 juta ton untuk tahun ini kalau tidak ada hilirnya,” jelasnya.
Di sisi lain, ia turut memastikan bahwa BULOG tidak punya kendala dalam penyerapan beras petani, baik yang berasal dari teknis kualitas beras hingga anggaran. Dari sisi teknis kualitas, ia menyatakan BULOG punya sistem pengolahan beras sendiri, sehingga kalau pun harus menyerap hasil panen yang memiliki kadar air lebih, bisa diatasi.
Begitu juga dari sisi anggaran, meski belum mendapat dukungan dari pemerintah. Bahkan, Buwas mengklaim ia tidak perlu dukungan dana dari pemerintah karena bisa mengandalkan pinjaman dari perbankan.
“Anggaran penyerapan walau dana itu pinjam, bank BUMN bersedia mendanai berapa pun yang kita butuhkan dengan bunga komersil. Itu tidak ada masalah bagi BULOG, mau kita uang pinjaman, tidak apa, asal penyalurannya pasti dan jelas, karena kalau tidak kita akan terbebani oleh bunga dan berdampak ke kerugian dan turun mutu beras BULOG. Umpamanya pinjaman sampai Rp4 triliun pun kami punya, misal sekarang 200 ribu ton itu Rp2 triliun, itu bisa, tidak masalah, tapi yang penting serapannya,” pungkasnya.
(uli/age)